Kerajaan Mataram kuno merupakan salah satu kerajaan terbesar di wilayah Jawa. Sejarah berdirinya kerajaan ini penting untuk dipelajari dan dipahami, terutama bagi para pemahaman sejarah Indonesia. Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, mulai dari masa awal hingga saat ini.
Apa itu Kerajaan Mataram Kuno?
Kerajaan Mataram Kuno adalah sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-16. Kerajaan ini didirikan oleh raja pertama, Panembahan Senopati, pada tahun 1575. Panembahan Senopati memerintah selama lima tahun dan meninggal pada tahun 1580. Ia digantikan oleh putranya, Pangeran Sambernyawa, yang memerintah hingga tahun 1601. Pangeran Sambernyawa dikenal sebagai salah satu raja yang paling berpengaruh dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno. Ia adalah raja pertama yang mengikuti agama Islam. Selain itu, ia juga melakukan banyak perubahan di bidang politik dan ekonomi. Pangeran Sambernyawa memerintah selama 21 tahun dan meninggal pada tahun 1601.
Perkembangan Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Pada abad ke-7 hingga abad ke-10, Mataram Kuno telah berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara. Pada awalnya, kerajaan ini didirikan oleh sekelompok suku Jawa yang mendirikan peradaban di lembah Sungai Progo. Kerajaan Mataram Kuno semakin besar dan kuat pada abad ke-9, ketika Raja Sanjaya memerintahkan untuk membangun istana di Old Mataram. Pada akhir abad ke-9 atau pertengahan abad ke-10, raja Sanjaya juga memerintahkan untuk membangun Candi Borobudur, sebuah masterpiece arsitektur dan budaya yang masih ada sampai sekarang.
Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno telah mencapai puncaknya. Namun pada pertengahan abad ke-10, terjadilah perang saudara yang menyebabkan kerajaan ini runtuh dan berubah menjadi Kerajaan Medang Kamulan.
Kerajaan Mataram Kuno bertahan hingga abad ke-14, ketika kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Majapahit. Namun, teknologi yang dikembangkan oleh Mataram Kuno masih dapat dilihat pada arsitektur Candi Borobudur dan karya seni lainnya yang masih ada sampai sekarang.
Tokoh Penting dalam Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Sebagai salah satu kerajaan Kuno yang berdiri di Jawa, Kerajaan Mataram Kuno memiliki sejarah tersendiri dalam perkembangannya. Tokoh-tokoh penting dalam sejarah ini sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah Kerajaan Mataram Kuno. Salah satunya adalah Sanjaya, putra Dewa Wirabumi yang menjabat sebagai Raja Mataram pada abad ke-8 Masehi. Beliau dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah Mataram Kuno karena memimpin kerajaan dengan baik dan mampu membawa perubahan positif bagi rakyatnya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu penyair terbaik pada zamannya.
Selain Sanjaya, ada juga Panembahan Senapati yang merupakan keturunan Sanjaya. Ia lahir pada tahun 1586 dan menjabat sebagai Pangeran Adipati Cakraningrat IV pada abad ke-17 Masehi. Panembahan Senapati di anggap sebagai tokoh penting karena berhasil memerintah Kerajaan Mataram dengan baik dan meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan yang berjasa dalam pertempuran melawan Belanda.
Tokoh lain yang tak kalah penting adalah Amangkurat I atau Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beliau menjabat sebagai Raja Mataram pada abad ke-17 Masehi dan secara efektif memperluas wilayah kerajaan serta kekuatan militernya. Ia juga terkenal karena berhasil mengalahkan tentara Belanda dalam beberapa pertempuran. Selain itu, Sultan Agung juga dihormati karena berhasil membangun benteng Pajimatan di bagian utara Jawa Tengah untuk melindungi kerajaannya dari serangan musuh .
Ini adalah beberapa tokoh penting dalam sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.
Semua mereka memiliki peran yang penting dalam perkembangan kerajaan dan melakukan banyak hal untuk kemajuan dan kemakmuran rakyatnya
Pembagian Wilayah Kerajaan Mataram Kuno
Pada abad ke-7, seorang raja bernama Sanjaya memerintah di daerah Kedu. Ia memiliki seorang putra bernama Daha. Daha menikah dengan seorang gadis bernama Pramodhawardhani, anak dari raja Sri Sanjaya yang berasal dari Kerajaan Salakanagara. Pramodhawardhani memberikan lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Rakai Pikatan.
Rakai Pikatan tumbuh menjadi seorang raja yang perkasa dan disegani oleh masyarakatnya. Ia pun mendirikan sebuah kerajaan baru dengan ibukota di daerah Mataram. Demikianlah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram Kuno terdiri dari tiga wilayah utama, yaitu:
1. Wilayah Medang Kamulan di selatan
2. Wilayah Daha di barat laut
3. Wilayah Salakanagara di timur laut
Wilayah Medang Kamulan adalah tempat ibukota Kerajaan Mataram berada, yakni kota Mataram. Di sini juga terletak beberapa istana raja dan sejumlah objek penting lainnya. Wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah timur, dan diatur oleh pemerintahan Rakai Pikatan.
Wilayah Daha merupakan wilayah yang didiami oleh etnis Jawa Barat dan merupakan salah satu wilayah paling kaya kerajaan tersebut. Istana raja Rakai Pikatan juga berada di sini. Wilayah ini dipimpin oleh Raja Daha.
Wilayah Salakanagara merupakan wilayah yang didiami oleh etnis Jawa Timur dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah timur. Istana raja Pramodhawardhani juga berada di sini. Wilayah ini dipimpin oleh raja Sri Sanjaya, ayah Pramodhawardhani. Wilayah ini juga dikenal sebagai pusat nelayan dan pembuatan kerajinan khas Mataram Kuno, seperti wayang dan keris.
Aneka Budaya yang Muncul di Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada abad ke-7 hingga abad ke-10 Masehi. Kerajaan ini terletak di bagian utara Pulau Jawa, tepatnya di daerah Kedu, Temanggung, dan Wonosobo. Pada awalnya, kerajaan ini didirikan oleh seorang raja bernama Sanjaya. Raja Sanjaya memimpin sebuah kesatuan militer yang disebut "Wong Kidul" yang berhasil mengalahkan beberapa kerajaan lain di Jawa Tengah. Wong Kidul juga terkenal dengan sebutan "Panembahan Senapati".
Setelah berhasil menguasai Jawa Tengah, Sanjaya mendirikan istana di daerah Kedu. Istana ini dikenal dengan nama "Istana Gedung". Dalam perkembangannya, istana Gedung digantikan oleh istana Manuk Dadali yang lebih besar dan mewah. Di istana Manuk Dadali inilah Sanjaya mempraktikkan ad at-istiadat dan budaya yang berkembang di Mataram Kuno.
Berikut ini adalah beberapa aneka budaya yang muncul di kerajaan Mataram Kuno:
1. Pemujaan Dewa-dewa: Kerajaan Mataram kuno percaya pada dewa-dewa Hindu dan mempraktikkan ritual dan upacara untuk menyembah dewa-dewa tersebut. Upacara ini diselenggarakan baik di dalam maupun di luar istana.
2. Kesenian Wayang Kulit dan Gamelan: Wayang kulit adalah sebuah bentuk seni tradisional Indonesia yang menceritakan tentang mitos, legenda, dan cerita rakyat dengan figur boneka yang dibagi menjadi dua jenis, yakni wong (manusia) dan bhuta (malam). Di samping itu, gamelan juga merupakan al at musik Jawa yang populer di Mataram Kuno.
3. Upacara Adat dan Ritual: Upacara adat dan ritual menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Mataram Kuno. Sebagai contoh, seorang raja akan berbaju adat khas saat menghadiri upacara pemujaan dewa-dewa, serta melakukan persembahan atau tarian tradisional untuk memperlihatkan rasa hormat kepada para tamu istana.
Keberhasilan
Sejarah Mataram Kuno berdiri pada abad ke-7 Masehi, yaitu ketika Sanjaya memproklamirkan dirinya sebagai raja di Wilwatikta. Pada awalnya, Kerajaan Mataram Kuno hanya berada di daerah Kedu dan Kotagede saja. Namun, pada perkembangannya kerajaan ini semakin besar dan bertambah luas hingga mencakup seluruh Jawa Tengah. Zaman kejayaannya adalah pada abad ke-9 hingga 11 Masehi.
Pemimpin tertinggi di Kerajaan Mataram Kuno adalah raja atau disebut juga dengan kaliwon. Raja Mataram Kuno mempunyai wewenang penuh dalam hal kebijakan dan pemerintahan. Di bawahnya terdapat beberapa jabatan, antara lain: tapa agung (ketua negara), prabu inggil (ketua militer), prabu patih (penasihat politik), prabu wedana (polisi), prabu damarwulan (ketua mahasiswa), dan lain seb againya.
Keberhasilan kerajaan Mataram Kuno tercermin dari beberapa hal, termasuk: peningkatan taraf hidup masyarakat; perdagangan yang berkembang pesat ke seluruh penjuru Indonesia dan Asia; sistem pemerintahan yang kuat; pengembangan sastra Jawa dan seni budaya lokal; dan kemajuan teknologi.